Minggu, 06 Juli 2025
Khotbah Lukas 5:12-16 Tema Pilih Menyerah atau berserah By Pnt. Theresya Rara Winarni
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus,
Nampaknya ada dua tipe orang ketika menghadapi pergumulan berat.
Pertama, tipe orang yang mudah menyerah.
Kedua, tipe orang yang selalu berserah.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ringkasan AI menyebutkan bahwa
menyerah berarti pasrah tanpa melakukan apa-apa.
Menyerah berarti berhenti berusaha dan pasrah tanpa melakukan apapun.
Menyerah menunjukkan sikap tidak percaya kepada Tuhan dan kemampuan-Nya.
Menyerah menyebabkan kehilangan pengharapan.
Menyerah menunjukkan sikap apatis dan pesimis.
Menyerah juga menunjukkan sikap putus asa.
Sebaliknya, kata berserah berarti ada usaha yang maksimal untuk mengatasi masalah, lalu menyerahkan segala usahanya itu kepada Tuhan.
Berserah berarti percaya bahwa Tuhan selalu ada pada pergumulannya.
Berserah berarti selalu ada pengharapan.
Berserah berarti tetap optimis, selalu ada jalan keluar.
Berserah berarti tidak ada kata putus asa.
Bapak, Ibu, Saudara yang terkasih,
Renungan kita pada malam hari ini menggambarkan tipe orang yang berserah.
Diceritakan dalam renungan malam ini, ketika Yesus berada dalam sebuah kota, ada seorang yang kulitnya penuh dengan penyakit menular. Dalam Alkitab terjemahan sebelumnya, penyakit menular ini disebut penyakit kusta.
Ketika orang yang menderita penyakit kusta ini melihat Yesus, ia bersujud dan memohon:
"Tuhan, jika Tuhan mau, Tuhan dapat mentahirkan aku."
Bapak, Ibu, Saudara yang terkasih,
Penyakit kusta adalah penyakit yang membuat orang sangat menderita. Bukan saja rasa sakit di raga, tetapi jiwa juga sakit. Bukan saja secara jasmaniah, tetapi secara rohani dan mental juga menjadi sangat menderita.
Penyakit kusta atau lepra dapat mengakibatkan
mati rasa pada kulit, termasuk kehilangan kemampuan merasakan suhu, sentuhan, nyeri,
kulit menjadi kaku dan kering,
perubahan bentuk atau benjolan pada wajah dan telinga, kerusakan bentuk wajah,
saraf membesar,
otot melemah terutama di kaki dan tangan,
alis dan bulu mata hilang permanen,
mata menjadi kering dan jarang berkedip,
bahkan bisa kehilangan tulang hidung, mengalami kebutaan, dan gagal ginjal.
Bapak, Ibu, Saudara,
Betapa menderitanya seseorang yang terjangkit penyakit kusta seperti itu.
Itu baru penderitaan fisik. Belum lagi penderitaan rohani dan psikis.
Orang yang menderita kusta diisolasi dari masyarakat.
Penyakit ini menular, maka orang-orang menjauh dari penderita kusta.
Di kalangan orang Yahudi, orang yang menderita penyakit kusta dianggap najis.
Dalam Imamat 13:45 dikatakan:
"Orang yang menderita penyakit kulit yang menajiskan harus mengenakan pakaian koyak-koyak, rambutnya terurai, dan ia harus menutupi bagian bawah mukanya, dan sambil berseru-seru: Najis, najis!"
Dengan gambaran tersebut, dapat kita bayangkan betapa menderitanya seseorang yang terjangkit penyakit kusta.
Namun, Bapak, Ibu, Saudara,
Penderita kusta yang menjadi renungan kita malam ini bukan tipe orang yang mudah menyerah. Ia bukan orang yang putus asa, juga bukan pasrah terhadap nasib. Ia masih berusaha untuk mendapatkan kesembuhan. Ia masih memiliki sikap optimis, bahwa suatu saat akan ada kesembuhan.
Penderita kusta ini tampaknya sudah mendengar tentang sosok Yesus—Pribadi yang punya kuasa untuk menyembuhkan. Dan ketika Yesus lewat di hadapannya, ia berkata:
"Tuhan, jika Tuhan mau, Tuhan dapat menahirkan saya."
Mendengar permintaan itu, Yesus mengulurkan tangan, menyentuh orang itu dan berkata:
"Aku mau, jadilah tahir."
Dan seketika itu juga, penyakit kulit itu meninggalkan dia.
Ia sembuh.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus,
Kata "tahir" dalam Alkitab menunjukkan kondisi seseorang atau sesuatu yang bebas dari pencemaran atau kenajisan. Tahir memungkinkan seseorang untuk mendekati Allah dan berpartisipasi dalam ibadah. Sebaliknya, orang najis harus menjauhi tempat suci dan ritual keagamaan.
Artinya, karena sudah dinyatakan tahir oleh Yesus, penderita kusta itu berhak kembali mengikuti ibadah dan ritual keagamaan. Maka Yesus berkata kepadanya:
"Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan seperti yang diperintahkan Musa sebagai bukti bagi mereka."
Dalam tradisi Yahudi, ketika seseorang sudah dinyatakan tahir, ia harus melapor kepada imam dan mempersembahkan korban penghapus dosa. Imam lalu akan melakukan ritual pendamaian bagi orang tersebut. Imamat 14:19 menyatakan:
"Imam harus mempersembahkan korban penghapus dosa dan dengan demikian mengadakan pendamaian bagi orang yang akan ditahirkan dari kenajisannya. Sesudah itu ia harus menyembelih korban bakaran."
Itulah yang dimaksud Tuhan Yesus mengenai hukum yang diperintahkan oleh Musa.
Bapak, Ibu, Saudara yang diberkati oleh Tuhan Yesus Kristus,
Renungan firman Tuhan malam ini—kisah penderita kusta—memberikan semangat bagi kita bahwa:
Apa pun pergumulan kita, seberat apa pun masalah kita, tetap ada harapan.
Semuanya akan berlalu. Kita akan memperoleh kelegaan.
Jangan pernah menyerah dalam menghadapi pergumulan, tetapi selalu berserah kepada kebaikan dan pertolongan Tuhan.
Seperti yang dicontohkan oleh penderita kusta itu:
Jika dia percaya sepenuhnya kepada Tuhan Yesus untuk kesembuhannya, apalagi kita yang beriman kepada Tuhan Yesus!
Kita harus tetap memiliki keyakinan atas kuasa dan belas kasih Tuhan Yesus, Juru Selamat kita.
Berikut adalah teks yang telah diperbaiki spasi dan paragrafnya agar lebih rapi dan mudah dibaca:
Belas kasih atau belas kasih Tuhan Yesus yang ditunjukkan kepada penderita kusta itu, pasti juga ditunjukkan kepada kita semua ketika kita dalam pergumulan.
Syaratnya hanya satu, yaitu percaya penuh atas kuasa Tuhan Yesus, seperti juga penderita kusta yang percaya penuh atas kuasa Tuhan Yesus.
Bapak, Ibu, Saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, bulan Juni ini bagi GPIB adalah Bulan Pelayanan dan Kesaksian.
Pelayanan dan kesaksian adalah ekspresi atau perwujudan iman Kristen. Pelayanan dan kesaksian adalah perwujudan kehadiran Allah yang Maha Pengasih dalam Kristus di dunia.
Dalam pelayanan dan kesaksian, Allah mau menyapa dan berempati kepada:
• mereka yang lapar,
• mereka yang terpinggirkan,
• mereka yang miskin,
• mereka yang sakit,
• mereka yang berkekurangan,
• mereka yang menderita,
• dan mereka yang membutuhkan uluran tangan dengan belas kasih serta kepedulian atas lingkungan hidup.
Tuhan Yesus, Sang Pemilik Pelayanan, memberikan contoh dan teladan yang sempurna bagi kita semua, bagaimana hidup yang melayani sesama dan menjadi berkat bagi banyak orang.
Bapak, Ibu, Saudara yang diberkati oleh Tuhan Yesus Kristus, di bulan pelkes ini Jemaat GPIB melaksanakan aksi bakti sosial.
Jemaat GPIB Getsemani Malang, melalui Komisi Pelkes, melaksanakan kegiatan pemeriksaan kesehatan gratis di GKJW Tambak Rejo, Kabupaten Malang, tanggal 8 Juni 2025.
Tentu jemaat-jemaat di lingkup GPIB juga melaksanakan aksi bakti sosial sesuai dengan program masing-masing.
Sebagai warga jemaat, tentu kita harus mendukung sepenuhnya aksi-aksi bakti sosial tersebut untuk mewujudkan kasih Allah bagi sesama.
Kisah Nyata yang Menguatkan Iman
Bapak, Ibu, Saudara yang terkasih, di bulan pelkes ini saya mau menceritakan kisah nyata yang dapat menguatkan iman kita.
Pada tahun 1921, sepasang suami istri misionaris muda dari Swedia memutuskan untuk memberitakan Injil di pedalaman Afrika.
David Flood dan istrinya, nama misionaris itu, mendatangi salah satu desa terpencil di Afrika.
Sesampainya di desa terpencil itu, ternyata semua warga desa menolak kehadiran mereka karena menganggap para misionaris akan membawa kutuk.
Satu-satunya orang yang diizinkan dijumpai oleh misionaris itu adalah seorang anak perempuan yang menjual telur.
Istri misionaris itu berkata kepada suaminya,
"Kalau memang hanya anak kecil yang bisa kita jangkau, maka biarlah kita layani dia dengan segenap kasih."
Hari-haripun berlalu, tidak ada perkembangan. Hanya satu anak kecil penjual telur.
Lalu istrinya melahirkan bayi perempuan. Tetapi istrinya jatuh sakit dan meninggal dunia.
17 hari kemudian, David Flood pun hancur hatinya.
Ia pulang kembali ke Swedia dengan hati yang luluh lantak.
David pun berkata,
"Jangan lagi ada yang boleh menyebut Tuhan di hadapanku!"
"Jangan lagi ada orang yang menyebut Tuhan di hadapanku!"
David merasa tidak ada belas kasih dari Tuhan.
Tuhan kejam terhadap dirinya. Ia merasa sudah memberikan dirinya untuk Tuhan, tetapi mengapa justru Tuhan mengambil istri yang dicintainya.
David Flood merasa hidupnya dipenuhi kepahitan.
Berikut adalah teks yang telah diperbaiki dengan struktur paragraf yang rapi, tanda baca yang sesuai, dan alur cerita yang mengalir dengan baik, cocok untuk dibacakan sebagai renungan atau refleksi:
Puluhan tahun kemudian, desa yang dulunya menolak Injil kini penuh dengan orang-orang yang menyembah Yesus.
Semuanya itu karena ada seorang pendeta yang melayani dengan setia di desa tersebut.
Ketika ditanya, pendeta itu berkata,
"Seorang perempuan telah membawa aku kepada Yesus ketika aku masih kecil. Dialah yang menjadi alasan semuanya itu terjadi."
Sambil menunjuk ke sebuah makam tua, ia berkata,
"Perempuan itu adalah istri misionaris yang dahulu datang ke desa ini."
Bapak, Ibu yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus,
Pendeta itu ternyata adalah anak kecil penjual telur yang dahulu satu-satunya dilayani oleh misionaris dan istrinya.
Anak kecil itu bertumbuh dalam iman, menjadi pelayan Tuhan, dan mengabarkan Injil Kristus hingga kepala suku di desa itu pun akhirnya bertobat.
Sementara itu, David Flood, misionaris muda yang kini telah menjadi tua, masih menyimpan kepahitan dalam hidupnya.
Namun ketika ia mendengar kisah anak perempuan kecil penjual telur yang kini menjadi pendeta dan telah membawa ribuan orang kepada Kristus, ia pun menangis.
Air mata kepedihan berubah menjadi sukacita dan damai sejahtera.
Benih yang dulu ia dan istrinya tanam dengan penuh air mata, kini telah tumbuh menjadi ladang tuaian yang memberkati banyak jiwa.
Pemazmur berkata:
"Orang-orang yang menabur dengan air mata, akan menuai dengan sorak-sorai." (Mazmur 126:5)
Bapak, Ibu yang diberkati oleh Tuhan Yesus Kristus,
Jangan remehkan air mata kita.
Air mata yang tertumpah untuk keluarga, untuk pelayanan, untuk sesama, untuk hidup yang kadang terasa berat dan tidak adil.
Hidup memang tidak mudah.
Pergumulan datang silih berganti, seperti badai yang tak kunjung reda.
Namun pesan firman Tuhan malam hari ini,
Janganlah menyerah!
Percayalah, kita akan menuai dengan sorak-sorai,
Karena selalu ada Tuhan Yesus di setiap pergumulan kita.
Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar