Minggu, 06 Juli 2025
Khotbah 1 Petrus 4:12-16Tema: Bersukacita Dalam Penderitaan By Pnt. Theresya Rara Winarni
Shalom, Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus.
Tema renungan kita malam hari ini adalah "Bersukacita dalam Penderitaan", sesuai dengan sabda bina umat yang juga selaras dengan judul dalam Alkitab: "Menderita sebagai Orang Kristen."
Saudara-saudara, jika kita ditanya: apa simbol utama dalam kekristenan? Tentu banyak di antara kita akan menjawab: salib. Dan memang benar, salib adalah simbol utama iman kita. Tetapi, apa makna salib itu? Salah satu maknanya adalah penderitaan: penderitaan Kristus, penderitaan karena Kristus, dan penderitaan di dalam Kristus.
Kita melihat banyak contoh penderitaan karena iman Kristen, baik di sekitar kita maupun di belahan dunia lain. Ada gereja yang dibakar, ibadah yang dibubarkan, kegiatan rohani seperti retret yang dipaksa dihentikan. Ada juga orang Kristen yang dikucilkan dari jabatan karena imannya, atau menjadi sasaran ejekan dan diskriminasi. Ini semua bukanlah hal baru. Sejarah mencatat penderitaan umat Kristen dari masa ke masa.
Contoh nyata:
• Tahun 2003, kelompok ISIS menghancurkan gereja dan membunuh orang-orang Kristen di Irak dan Suriah.
• Komunitas Kristen di Suriah menyusut drastis akibat kekerasan dan penindasan.
• Sejak 2003–2024, ribuan orang Kristen di Nigeria dibunuh dan diculik oleh Boko Haram dan kelompok ekstrem lainnya.
• Terakhir, 12 Februari 2025, 70 orang Kristen dibantai di gereja oleh militan ADF di Kongo.
Saudara-saudara, Rasul Petrus dalam suratnya mengingatkan kita:
"Saudara-saudara yang terkasih, janganlah heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian."
(1 Petrus 4:12)
Rasul Petrus memahami betapa berat penderitaan jemaat Kristen waktu itu, khususnya di Asia Kecil. Ia menggambarkan penderitaan itu sebagai "nyala api"—dalam bahasa Yunani disebut purosis, yaitu api yang digunakan untuk memurnikan emas.
Emas mentah harus dibakar dalam suhu 1100–1200°C agar menjadi emas murni yang berkilau. Begitulah penderitaan yang kita alami karena Kristus—adalah sarana untuk memurnikan dan menguji iman kita.
Karena itu, Rasul Petrus berkata: bersukacitalah.
Mengapa kita harus bersukacita ketika menderita karena Kristus?
Karena:
• Kita mengambil bagian dalam penderitaan Kristus.
• Kita menerima ujian iman yang menghasilkan kemurnian hati.
• Dan yang paling penting: roh kemuliaan, yaitu Roh Allah, tinggal dalam kita.
"Berbahagialah kamu jika kamu dicela karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah, ada padamu."
(1 Petrus 4:14)
Kita tidak perlu malu jika:
• Ibadah kita dibubarkan.
• Gereja kita dirusak.
• Kita dihina karena iman kita.
Namun, kita harus malu jika menderita karena kejahatan: mencuri, korupsi, menganiaya, memfitnah, atau membunuh. Itu bukan penderitaan karena Kristus, melainkan karena dosa.
Sebaliknya, jika kita tetap teguh dalam iman di tengah penderitaan karena Kristus, maka iman kita akan berkilau seperti emas murni. Kita akan menjadi saksi yang hidup, bahwa Tuhan hadir dan menyertai kita dalam penderitaan itu.
Saudara-saudara yang terkasih,
Kekristenan memang lekat dengan penderitaan. Tapi jangan gentar. Jangan heran. Sebaliknya, bersukacitalah! Karena:
• Dalam penderitaan karena Kristus, kita dimurnikan.
• Dalam penderitaan karena Kristus, kita diteguhkan.
• Dalam penderitaan karena Kristus, roh kemuliaan hadir dalam kita.
Sebagai penutup renungan malam ini, mari kita bersama membaca firman Tuhan dari Matius 5:11:
“Berbahagialah kamu, jika karena Aku, orang mencela dan menganiaya kamu serta memfitnah kamu dengan segala yang jahat.”
Tuhan Yesus memberkati kita semua. Amin.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar